Sabtu, 28 Desember 2013

PENGARUH FORMALIN (FORMALDEHIDA) TERHADAP PENINGKATAN RISIKO KEGUGURAN



          Formaldehida atau yang dikenal oleh masyarkat luas sebagai formalin, adalah suatu zat yang tidak berwarna, memiliki bau yang khas dan sangat kuat, serta uap yang bisa mengiritasi. Zat yang mempunyai nama kimia CH2O ini juga merupakan  zat yang mudah terbakar dan gampang bereaksi dengan zat lain (U.S. EPA, 2007). Sebenarnya formalin merupakan sebutan dari formaldehida yang berwujud cair, yang merupakan merupakan campuran dari  formaldehida, metil alkohol dan air. Sedangkan yang berbentuk bubuk dinamakan paraformaldehida. Meskipun berbeda wujud, keduanya sama-sama bisa menghasilkan gas (uap) formaldehida (EOHSS, 2004).

          Kebanyakan orang awam hanya mengetahui bahwa formalin (formaldehida) biasanya digunakan sebagai pengawet di laboratorium medis, untuk mengawetkan mayat, atau sebagai pengawet makanan (meskipun sangat dilarang karena efeknya yang berbahaya). Tetapi sebenarnya formaldehida banyak digunakan dalam berbagai produk dan keperluan, misalnya sering juga ditemukan di produk-produk bahan kimia, partikel papan, barang-barang rumah tangga, lem, kain pers permanen, kertas pelapis produk, fiberboard, dan kayu lapis. Selain itu formaldehida juga banyak digunakan sebagai bahan industri seperti pembuatan fungsida, bahan pembasmi kuman, dan disinfektan (OSHA, 2011).

         Formaldehida adalah senyawa yang tergolong berbahaya. Efeknya akan terasa dengan cepat setelah menghirup uap atau bersentuhan langsung dengan cairan formaldehida. Hal ini diakibatkan karena formaldehida mempunyai sifat cepat berekasi dengan zat lain. Efek awal akan terasa di bagian tubuh mengalami kontak langsung dengan formaldehida, seperti mata, hidung, dan kulit. Sehingga kebanyakan gejala umum dari orang yang mendapat paparan berlebihan dari formaldehida adalah iritasi di mata, hidung, ataupun tenggorokan (HESIS, 2011).