Dari dulu sampai sekarang profesi sebagai dokter
sangat diminati oleh para calon-calon mahasiswa. Mereka berbondong-bondong
mengikuti seleksi masuk fakultas - fakultas kedokteran unggulan di negeri ini.
Mengorbankan apapun demi masuk ke fakultas kedokteran. Pertanyaannya adalah,
apa yang mereka cari? Sebagian menjawab, “setelah nanti lulus dan menjadi
dokter, saya ingin hidup berkecukupan dan mapan”, sebagiannya lagi menjawab,
“saya ingin mengabdikan hidup saya untuk bangsa ini”, dan banyak lagi
argumen-argumen yang lain.
Kesempatan seperti ini tidak semua orang bisa merasakannya. Periode yang terlalu berharga untuk disia-siakan. |
Argumen - argumen itu memang benar adanya, tapi tidak
sepenuhnya. Di jaman sekarang, utamanya di kota-kota besar, fakta yang terjadi
malah sebaliknya. Banyak lulusan dokter yang tidak mau ditempatkan di daerah –
daerah. Padahal sebenernya banyak desa – desa terpencil yang sangat membutuhkan
tenaga kesehatan. Lalu banyak juga lulusan pendidikan dokter yang malah menjadi
pengangguran terselubung. Apa sebabnya? Jawabannya adalah kurangnya pengabdian,
memang kebanyakam mahasiswa fakultas kedokteran tidak mau bila harus
ditempatkan di daerah-daerah. Para lulusan dokter berlomba - lomba ingin eksis di kota-kota besar.
Akibatnya, kompetisi di kota besar semakin ketat. Hukum rimba seakan berlaku,
yang kuat dialah yang menang. Para dokter yang punya bekal akademik dan
softskill yang cukup bisa eksis dan hidup mapan di kota-kota besar. Sedangkan
lulusan dokter yang kalah saing, ada yang bekerja di klinik-klinik atau malah
menjadi pengangguran terselubung.