Tidur adalah suatu kondisi ketika seseorang
membiarkan tubuhnya beristirahat dengan tujuan untuk regenerasi sel dan
mengembalikan energi yang hilang setelah digunakan untuk melakukan kegiatan
seharian. (Artanto, 2009). Tidur mempunyai peran penting dalam fungsi kekebalan
tubuh, metabolisme, memori, pembelajaran, dan fungsi penting lainnya. Ada
hubungan antara tidur dengan kemampuan seseorang dalam beraktivitas. Banyak
orang merasakan mood yang buruk, kelelahan dan tidak fokus saat melakukan
aktivitas, diakibatkan kurang tidur di malam sebelumnya. Tapi yang menjadi
perhatian penting adalah banyak orang tidak menyadari dampak kurang tidur yang
berkepanjangan. Kurang tidur yang terus menerus berhubungan langsung dengan
meningkatnya risiko mengalami masalah kesehatan kronis, misalnya masalah
tekanan darah. (Harvard Medical School, 2011)
Definisi tekanan darah menurut Dugdale (2011) adalah
suatu ukuran kekuatan tekan darah terhadap dinding arteri saat darah dipompa
oleh jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah yang normal adalah sekitar 120/80
. Angka yang berada di bagian atas adalah tekanan darah sistolik (fase
kontraksi jantung), dan yang bawah adalah diastolik (fase relaksasi
jantung). Sedangkan hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang melebihi batas normal. Seseorang
dapat digolongkan ke dalam hipertensi jika tekanan darah menunjukkan angka
140/90 ke atas dalam kurun waktu lama.
Prevalensi hipertensi di Amerika Serikat telah
meningkat selama dekade terakhir meskipun kesadaran masyarakat akan hipertensi,
pengobatan, dan pengendalian penyakit juga ditingkatkan. Dan selama periode
waktu yang sama, durasi tidur rata-rata masyarakat di Amerika Serikat sedang
menurun yang disebabkan aktivitas masyarakat yang meningkat, sehingga
mengurangi waktu yang dialokasikan untuk tidur. Kondisi ini memunculkan
hubungan terkait antara prevalensi hipertensi dengan kurangnya waktu tidur
seseorang. (Gangwisch et al., 2006)
Hubungan antara lamanya tidur seseorang dengan
tekanan darah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan Gangwisch et
al.(2006). Dalam penelitian tersebut didapati bahwa 24 persen dari
responden berusia antara 32 hingga 59
tahun yang tidur selama 5 jam atau kurang dalam semalam, mengalami hipertensi
(tekanan darah tinggi). Sedangkan responden yang tidur selama 7 hingga 8 jam
semalam, hanya 12 persen yang mengalami hipertensi. Hal ini menunjukkan
hubungan nyata terkait durasi waktu tidur dan potensi mengalami tekanan darah
tinggi.
Penelitian lain juga membuktikan hal yang sama,
tetapi pada usia responden yang berbeda. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Robillard et al. (2011) yang berjudul “Sleep Deprivation Increases Blood Pressure
in Healthy Normotensive Elderly and Attenuates the Blood Pressure Response to
Orthostatic Challenge” menunjukkan bahwa kurang tidur dapat mengubah
mekanisme pengaturan tekanan darah dan dapat meningkatkan risiko hipertensi pada usia lanjut normotensif
(dengan tekanan darah normal).
Berdasarkan hasil penelitian, orang dewasa yang
berusia lebih tua lebih berpotensi mengalami kenaikan tekanan darah akibat dari
pengurangan durasi tidur. Didapati juga bahwa ada peningkatan SBP (Systolic
Blood Pressure) dan DBP (Diastolic Blood Pressure) secara drastis pada orang
lanjut usia setelah kurang tidur. Hal ini disebabkan respon tekanan darah (BP)
pada subyek berusia tua lebih tinggi daripada subyek yang berusia lebih muda.
Selain itu, katelokolamin sistemik dan tingkat kortisol terbukti meningkat
dalam kondisi tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan umur
dengan perubahan respon kardiovaskular untuk eksitasi simpatik. (Robillard et
al., 2011)
Mekanisme biologis yang mendasari hubungan antara durasi
tidur yang pendek dengan dengan risiko hipertensi masih belum dapat dijelaskan,
tetapi dapat diperkirakan. Menurut Gangwisch et al.(2006), tidur akan membuat
denyut jantung menjadi lebih lambat dan menurunkan tekanan darah secara
signifikan. Sehingga seseorang yang
durasi tidurnya tergolong kurang, akan
membuat sistem kardiovaskular bekerja pada tekanan tinggi. Sehingga membuat
tekanan darah dan denyut jantung naik.
Durasi tidur yang pendek, selain dapat meningkatkan
rata-rata tekanan darah dan denyut jantung, juga meningkatkan aktivitas sistem
syaraf simpatik dan merangsang stres fisik dan psikososial, pada akhirnya bisa
mengakibatkan hipertensi berkelanjutan. Selain itu, gangguan pada ritme
sikardian dan keseimbangan otonom akibat sering tidur dengan durasi yang pendek
juga merupakan salah satu faktor potensial dalam mekanisme ini. Durasi tidur
yang pendek juga terkait dengan perubahan emosi seperti mudah marah, pesimis,
tidak sabar, lelah, dan stres, yang akan membuat seseorang lebih sulit mempertahankan
gaya hidup sehat, sehingga meningkatkan risiko hipertensi. (Wang et al., 2012)
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa tidur
mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Dan durasi adalah satu poin
penting dari tidur itu sendiri. Durasi tidur yang cukup akan berdampak positif
bagi tubuh, sebaliknya durasi tidur yang kurang dapat meningkatkan risiko
terserang berbagai masalah kesehatan, seperti risiko hipertensi akibat kurang
tidur terutama bagi orang yang berusia lanjut atau paruh baya.
Referensi:
Artanto, Y. A. 2009. Pengaruh
Kurang Tidur Terhadap Tekanan Darah Pria Dewasa. Sarjana Kedokteran.
Bandung: Universitas Kristen Maranatha. [Online].
Accessed at 29 October 2012 11.22
Division
of Sleep Medicine at Harvard Medical School. 2007. Sleep and Disease Risk. [Online]. (Reviewed December 18, 2007).
Accessed at 29 October 2012 15.23
Division
of Sleep Medicine at Harvard Medical School. 2008. Benefits of Sleep. [Online]. Accessed at 29 October 2012 15.30
Dugdale,
David C. 2011. Hypertension. [Online].
(Updated November 11, 2011). Accessed at 29 October 2012 16.05
Gangwisch,
James E. et al. 2006. Short Sleep Duration as a Risk Factor for Hypertension: Analyses of the First National Health and Nutrition
Examination Survey. American Heart
Association Journal. [Online]. Accessed at 29 October 2012 16.30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar